Dia adalah ‘Abdurrohman bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Ubaidillah bin Abdillah bin Hadi bin Ahmad bin Muhammad bin Ja’far Al-Jauzi: Abu Al-Faroj, Al-Qurosyi At-Taimi Al-Bakri.
Silsilah keturunannya bersambung sampai kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه. Dia menuturkan tentang silsilah keturunannya, “Dan ketahuilah bahwa kami termasuk anak cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq.”
Dia رحمه الله dikenal dengan imbuhan Al-Baghdadi di akhir namanya, karena ia lahir dan tinggal di kota Baghdad. Dia pun juga dikenal dengan imbuhan nama Al-Hanbali, karena ia menjadi pengikut mazhab Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله.
Ibnul Jauzi besar di kota Baghdad. Dia telah mencari ilmu semenjak masih kecil. Karena itu dia telah hafal Al-Quran pada usia dini. Dan dia menimba ilmu hadits kepada Abu Al-Fadhl bin Nashir Al-Hanbali, seorang penghafal hadits yang tsiqoh.
Dia juga mempelajari berbagai macam ilmu kepada Ibnu Nashiruddin Az-Zaghowani Al-Hanbali, terutama sekali ilmu hadits, fikih, dan metodologi dakwah dengan lisan.
Dia telah melakukan banyak perjalanan untuk mencari ilmu. Dia belajar fiqh, etika berbeda pendapat, teknik berargumentasi, dan ilmu-ilmu ushul kepada Abu Bakar Ad-Dinuri, Al-Qodhi Abu Ya’la Al-Faro’, dan banyak lagi ulama lainnya. Kemudian dia menetap di kota Baghdad.
Di usia belianya, dia dikenal sebagai sosok yang gemar menuntut ilmu meski harus meninggalkan kebiasaan bermain dan bersenda gurau. Selain itu, dia pun dikenal juga sebagai seorang pemuda dengan kemampuan menghafal yang sangat luar biasa dan memiliki kematangan berfikir pada usia dini.
Al-Hafizh Ibnul Jauzi dikenal sebagai pemuka pada semua disiplin ilmu di masanya, baik dari segi belajar-mengajarnya, maupun dalam hal tulis-menulis. Sama halnya dengan terkenalnya majelis-majelis dan metode penyampaian nasihatnya yang sangat khas. Bahkan dia dianggap sebagaikampiun-nya di bidang ini, sehingga dia menjadi kondang di mana-mana dan nasihat-nasihatnya banyak disebarkan orang.
Orang-orang yang datang untuk menghadiri majelisnya jumlah mereka mencapai ribuan. Dan nasihat-nasihat yang dia sampaikan itu tentu tidak akan pernah bisa didengar oleh orang-orang yang hadir, kecuali dengan bantuan para “penyambung lidah”.
Beliau memiliki hubungan yang sangat erat dengan dua orang kholifah dari dinasti Al-’Abbasiyah. Yakni Kholifah Al-Mustadhi’ (memerintah pada 566-575 H) dan Kholifah An-Nashir (memerintah pada 575-662 H) yang memperbolehkan kalangan umum untuk masuk ke dalam istana kekholifahan guna mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh Ibnul Jauzi. Ada nukilan riwayat yang sempat kami dengar, sebagai bukti, ada respon positif dan pengaruh besar pada jiwa setiap orang yang mendengarkan nasihat-nya.[2]
Beliau pun dikenal mempunyai kemampuan luar biasa pula dalam penguasaan hadits dan semua ilmu-ilmu praktis, baik dalam hal penyusunan, penulisan dan kritik ilmiah. Beliau bahkan telah menyiapkan sebuah naskah jiplakan dari buku Al-Ghozali, Ihya ‘Ulumu `d-din, yang semua hadits dho’ifnya telah beliau hilangkan.
Al-lmam Al-Hafizh Ibnul Jauzi رحمه الله tidak pernah membiarkan satu jenis ilmu pun tanpa dia tuliskan ilmu itu ke dalam bentuk buku. Di sini, kami tidak akan mengutipkan judul-judul bukunya, karena jumlahnya mencapai puluhan. Berkaitan dengan hal ini, Al-Hafizh Adz-Dzahabi رحمه الله mengatakan, “Saya belum pernah menemui seorang ulama pun yang bisa menulis buku seperti lelaki ini.” Sama halnya dengan yang disampaikan pula oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah seperti yang dikutip oleh Ibnu Rojab dalam buku Dzailu Tbobaqoti `l-Hanabilah, “Saya hitung beliau memiliki lebih dari seribu buku karangan, dan setelah itu saya pun mendapati hal hal yang belum pernah saya dapati sebelumnya.”
Al-lmam Abu Al-Faroj (Ibnul Jauzi) رحمه الله, wafat pada malam Jumat tanggal 12 Romadhon tahun 597 H/1201 M, dan umurnya hampir mencapai 90 tahun. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Babu Harb di kota Baghdad, dekat dengan makam Al-lmam Ahmad bin Hanbal رحمه الله.
Semoga Alloh berkenan memberinya sebaik-baik pahala atas keluasan ilmunya yang telah dia wariskan, dan dimanfaatkan oleh kaum muslimin. Yakni pahala yang baik yang amalnya tidak pernah terputus. Insya Alloh[] [3]
[1] Al-Jauzi adalah julukan bagi salah seorang kakeknya yang sudah kondang di mana-mana. Pengaitan kepada sebuah tanjung bernama Al-Jauz. Yakni sebuah dataran di sungai Dajlah dekat kota Baghdad. Ada juga yang mengatakan, “Al-Jauzi” adalah pengaitan kepada pohonJauz yang ada di rumah mereka.” Lihat biografinya di Dzailu Tbobaqoti ‘l-Hanabilah 1/399,Mir’atu ‘z-Zaman karangan Al-Yafi’i 481, Dzailu ‘r-Roudhotain karangan Abu Syamah 21, Al-Kamil fi ‘t-Tarikh karangan Ibnul Atsir 12/171, Wafiyatu ‘l-A’yan 3/140, Tadzkirotu ‘l-Huffazhkarangan Adz-Dzahabi 131, Al-Bidayah wa ‘n-Nihayah karangan Ibnu Katsir 13/28, Thobaqotu ‘ l- Hanabilah 1/ 399, Al-l’lam karangan Az-Zarkali 3/316, Dairotu ‘l-Ma’arifi ‘l-Islamiyyah 1/125,Tarikhu ‘l-Adabi ‘l- ‘Arobi karangan Bruklman 1/500 dan Al-Mulhaq 1/916. Serta lihat jugaMuallafat Ibnul Jauzi karangan ‘Abdul Hamid AJ-’Aluji.
[2] Lihat bukunya yang berjudul Al-Mudhisy hasil editan kami.
[3] Dia memiliki lima orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan. Setelah dia wafat, anak laki-lakinya yang masih tersisa adalah Abu Al-Qosim yang lahir pada tahun 580 H. Dan Abu Al-Qosim terbunuh pada tahun 656 H, ketika invasi bangsa Tartar terhadap kota Baghdad tengah berlangsung.
Disalin dari Luftatu ‘l-Kabad fi Nashihati ‘l-Walad edisi terjemah Rahasia Sukses Mendidik Anakkarya Ibnul Jauzi, tahqiq: Marwan, Penerjemah: Hidayat Joko S, Penerbit: Al-Qowam, Cetakan I:2005 hal. 13-17.
Home »
Tokoh Islam
» Biografi Imam Ibnul Jauzi
Biografi Imam Ibnul Jauzi
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.